Beranda » Psikologi Saham » Berikan yang Terbaik
Good, Better, Best

Berikan yang Terbaik

Semasa saya masih sekolah dulu, saya pernah ikut satu KKR 😎 yang sangat berkesan. Salah satu pembicara waktu itu menceritakan sebuah perumpamaan yang hingga kini selalu melekat. Mumpung akhir tahun, saya yakin banyak yang sedang mengevaluasi return investasi saham 2023, mudah-mudahan bermanfaat.

Perumpamaan

Beliau bercerita, ada satu keluarga dengan dua orang anak. Anak pertama kebetulan cukup beruntung mendapat berkat cerdas dari lahir, belajar dikit aja pasti nempel semua. 😎

Berbeda dengan anak bungsunya yang biasa-biasa saja. Bahkan dengan usaha berlebih, kadang masih saja dapet nilai pas-pasan. 🥲

Satu hari pas penerimaan rapport, tampak wajah kedua anak itu berbeda, si sulung tersenyum senang dan si bungsu tampak murung.

Sang Ibu memanggil si sulung dan berkata, “Kenapa kamu senyum-senyum?”

“Aku kan ranking pertama, Bu. Ya, jelas senang dong. Aku dapat hadiah apa, Bu?” jawab si sulung. 😎

“Tidak ada hadiah untukmu kali ini. Kamu semester ini Ibu lihat lebih sering main. Kamu jarang sekali belajar. Beberapa tugasmu setelah kita bahas, seharusnya kamu bisa tapi karena kamu malas jadi tidak maksimal. Kamu seharusnya evaluasi diri sekarang, bukan senyum2,” balas sang ibu.

“Tapi kan aku tetap ranking pertama, Bu?”

“Ranking itu membandingkan dirimu dengan orang lain, bukan satu-satunya alat ukur. Ada alat ukur yang lebih baik dari itu. Apa kamu sudah memberikan yang terbaik? Hasil ujian matematikamu kemaren yang hanya 98, bukankah seharusnya 100? Kemampuanmu lebih dari itu. Kamu yakin sudah memberikan yang terbaik?” jawab sang Ibu.

Sang Ibu kemudian beralih menghampiri si bungsu yang mengurung diri di kamarnya.

“Kenapa kamu nangis, nak?”

“Rapportku jelek, Bu. Rankingku turun dari 8 sekarang 10. Aku sedih, 😰” jawab si bungsu.

Sang ibu bertanya lagi, “Kamu semester kemarin yakin sudah belajar sungguh-sungguh? Sudah memberikan yang terbaik?”

“Sudah, Bu. Saya sudah selalu berusaha mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan semua tugas yang diberikan para guru. Saya sudah bikin jadwal belajar untuk mengulang pelajaran di rumah dan berusaha disiplin. Tapi tetap saja rapportku jelek, 😭” jawab si bungsu sambil makin terisak-isak.

Lalu sang ibu berkata, “Kalau benar demikian, kamu seharusnya tidak perlu menangis. Ibu juga sudah melihat upayamu. Ranking kelas itu membandingkan dirimu dengan teman-teman sekelasmu. Itu bukan satu-satunya alat ukur. Tanya ke diri sendiri, ‘apa saya sudah memberikan yang terbaik?’ Kalau kamu yakin sudah memberikan yang terbaik, tidak perlu bersedih, sebaliknya kamu harus bangga dengan dirimu sendiri karena telah memberikan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu layak dapat hadiah semester ini! Selamat, nak!”


Ranking vs Usaha Terbaik

Ranking adalah metode membandingkan diri kita dengan orang lain. Sementara kemampuan atau talenta setiap orang berbeda-beda.

Lantas, bagaimana cara membandingkan yang lebih fair? Tolok ukur yang lebih fair adalah membandingkan hasil karya kita dengan kemampuan kita sendiri. Jika kita mendapatkan nilai 90, namun kita tahu seharusnya kita bisa 100, seharusnya kita introspeksi diri, bukan tersenyum senang.

Sebaliknya, jika kita hanya mampu mendapatkan nilai 75, tapi kita yakin itulah kemampuan terbaik kita, maka seharusnya kita senang dan bangga.

Banyak orang mementingkan hasil, bukan proses; mementingkan ranking, Rate of Return (RoR), atau alpha. Tapi ada yang lebih penting, kamu yakin kamu sudah berusaha yang terbaik?


Bagaimana kinerja saham 2023 kalian, dudes? Apa kalian sudah memberikan yang terbaik? 😎

Selamat menjelang Tahun Baru 2024, dudes 🎉!

Semoga tahun depan, kita bisa memberikan yang lebih baik untuk pertumbuhan porto kita masing-masing.

Ada komen, dude?

Scroll to Top