Beranda » Investasi Saham » Mengapa Sulit Menjadi Investor Saham yang Andal
Mengapa Sulit Menjadi Investor Saham yang Andal

Mengapa Sulit Menjadi Investor Saham yang Andal

Mengapa sulit menjadi investor saham yang selalu cuan konsisten dan beat the market? Berikut ini tulisan dari member Axlarry.com Chat, Eniola Olaitan. Enjoy!

Nemu video bagus, wanna share a bit of my conclusion. Mohon koreksinya kalau ada yang melenceng.

Investasi Saham : Low Validity Environment

Di menit 7:14, apa yang pernah dijelaskan om Lone Ranger, dijabarkan di sini.

“Why did so many investment professionals with years of industry experience, research at their fingertips, and big financial incentives to perform, fail to beat the market?
Well, because stocks are a low validity environment. Over the short term, stock movements are almost entirely random. So the feedback, although clear and immediate doesn’t actually reflect anything about the quality of the decision making. It’s closer to a roulette wheel than to chess.”

Dari video ini kita dapat penjelasan kenapa sangat sulit untuk menjadi investor saham yang andal, yang secara konsisten dapat mengalahkan return pasar. Alasannya adalah karena memang bursa saham itu “low validity environment”. Artinya, kita tidak bisa cepat dapat feedback untuk tahu action/strategi yang kita lakukan berhasil/gagal. Daniel Kahneman menjelaskan istilah “low validity environment” ini di bukunya “Thinking, Fast and Slow,” yang secara umum artinya adalah kondisi di mana terdapat derajat ketidakpastian yang signifikan (significant degree of uncertainty and unpredictability). Salah satu faktor utamanya karena memang dalam jangka pendek environment-nya itu seperti main roulette, ada faktor luck yang berperan.

Tipe permainan : Hidden information, luck, and skill
Tipe permainan : Hidden information, luck, and skill

Oya, bicara analogi. Howard Marks menganalogikan value investing seperti permainan poker, di mana ada tiga faktor berperan yaitu skill, hidden information, and luck. Selengkapnya anda bisa baca : Value Investing : Hidden Information, Luck, and Skill

Stockpicking : Alasan dan Hasil Tidak Selalu Sejalan

Stockpicking bisa benar karena alasan yg salah. Misalnya pilih saham asal-asalan atau fundamental jelek (alasan yang salah), lalu sahamnya naik (hasilnya benar) semata-mata karena hoki atau mestakung.

Sebaliknya, stockpicking bisa juga salah karena alasan yg benar. Misalnya kita sebagai investor saham memilih saham yang karena fundamentalnya bagus (alasan benar) tapi sahamnya turun (hasilnya salah). Penyebab salahnya bisa saja hanya karena sedang tidak hoki, tidak mestakung, misalnya karena kondisi ekonomi ke depannya ternyata jelek.

Four Stages of Competence

Untuk beginner di suatu bidang menjadi expert, atau in term of four stages of competence, untuk peralihan dari stage 2 (Conscious incompetence) ke stage 4 (Unconscious competence), yang kita perlukan adalah:

  1. Valid environment. Environment yang memungkinkan orang yang belajar untuk dapat feedback tanpa dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti luck atau randomness.
  2. Many repetitions. Latihan di bidang yang mau kita kuasai berulang kali.
  3. Timely feedback. Untuk orang yang sedang belajar suatu bidang, dari waktu penerapan strategi dan taking action yang dilakukan sampai dengan feedback-nya yaitu di mana orang tersebut tahu/paham bahwa strategi/action yang dilakukan membuahkan hasil yang baik/buruk, waktu dari action ke feedback itu harus tepat. Kalau terlalu cepat, orangnya tidak sadar kalau sudah dapat feedback (tidak menyadari = jadi tidak belajar). Kalau terlalu lambat, orangnya sudah tidak ingat lagi kalau feedback-nya itu atas action-nya yang mana (tidak ingat = tidak belajar).
  4. Deliberate practice, perlu usaha keras untuk bisa melakukan “many repetitions”, latihan berulang kali sampai ratusan atau ribuan/puluhan ribu jam.

Terkait dengan stockpicking, sekali pun faktor nomor dua dan empat bisa kita lakukan, tetap sulit untuk menjadi investor saham yang andal karena faktor nomor satu tidak terpenuhi. Saham bisa naik/turun semata-mata karena luck. Lalu faktor nomor tiga itu juga cukup random. Saham naik/turun bisa dalam waktu singkat, bahkan hitungan detik, atau bisa sangat lambat sampai bertahun-tahun.

Video tersebut juga menjelaskan, demi mencapai poin nomor empat, yang harus kita lakukan adalah :

“But in order to learn, you have to be practicing at the edge of your ability, pushing beyond yourt comfort zone”

Hubungannya untuk kita investor saham mungkin lebih ke arah memperluas “circle of competence” ya? Belajar bisnis emiten yang kita belum familiar sampai penjabaran yang mendetail dari bisnisnya?

Efficient Market Hypothesis (EMH)

Kalau market itu efisien, maka mungkin bisa kita analogikan seperti Keynesian Beauty Contest, di mana semua orang punya rationalitas yang sama, level of thinking yang sama, dan akan tercapai Nash Equilibrium, maka tidak akan ada yang bisa beat the market (mengalahkan return pasar) atau mencetak alpha secara konsisten.

Bursa saham yang efisien, masih memungkinkan seluruh pesertanya untuk meraih keuntungan, salah satu alasannya adalah karena pasar saham adalah positive sum game.

Menurut Oom Christian, market efisien atau tidak efisien, dua-duanya kita masih bisa untung atau rugi. Perbedaannya, di market efisien ekspektasi imbal hasil itu sesuai dengan tingkat risiko yang kita ambil berdasarkan seluruh informasi yang tersedia saat itu. Sementara di market yang tidak efisien, ekspektasi imbal hasil itu bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah dari tingkat risiko yang kita ambil.

Implikasinya apa? Ada banyak, tapi yang paling utama adalah efficient market sangat bagus untuk masyarakat luas karena kita bisa untung dan rugi sesuai dengan risiko yang kita ambil. Artinya kita tidak bisa kena tipu oleh goreng menggoreng saham. Kalau ada yang rugi itu artinya memang kita secara sadar masuk ke taruhan itu. Begitu juga sebaliknya

Agar tidak misleading, beat the market itu artinya adalah return setelah risk adjusted. Kalau sekedar imbal hasil lebih tinggi dari S&P 500, tetap bisa di EMH karena memang risiko (i.e. beta) yang diambil juga lebih tinggi.

Sebaliknya lebih rendah dari imbal hasil acuan juga tetap bisa EMH karena risiko yang diambil memang juga lebih kecil.

Misalnya return anda sangat jauh lebih tinggi dari market karena memang mengambil risiko yang tinggi, bukan berarti pembuktian bahwa pasar tidak efisien.

Hanya generate alpha (positive risk adjusted return) yang tidak mungkin di pasar EMH.

Ada komen, dude?

Scroll to Top