Beranda » Analisis Fundamental » Korelasi PE Ratio, PBV, ROE, dan Earning Yield
Korelasi PE Ratio, PBV, ROE, dan Earning Yield

Korelasi PE Ratio, PBV, ROE, dan Earning Yield

Apa korelasi PE Ratio, PBV, ROE, dan Earning Yield? Pembahasan berikut ini ditulis oleh @hai13, member senior Stockbit. Silakan follow untuk kenalan dan baca insights beliau. 😎Pada kesempatan kali ini, kita akan lihat bahwa rumus PER = Price/Earnings bisa dituliskan ulang menjadi PER = PBV/ROE. Dari sini, kita bisa lihat salah satu faktor yang mendasari suatu saham dihargai mahal/murah, mengapa PER dan PBV tiap emiten bisa berbeda. Emiten dengan ROE rendah, bisa kita sesuaikan agar kita tetap dapet Earning Yield tinggi sesuai yang kita inginkan dengan cara beli di PBV rendah. Tapi apa sesederhana itu? Untuk menjawab itu, terakhir membahas tentang Efek Compounding. Sebagai pembanding untuk aset/saham dengan return (ROE) berbeda. Langsung saja simak, dude! 😎

Utak-atik Rumus Rasio Keuangan

Saya yakin kita semua sudah tahu dan paham rasio keuangan umum seperti PE Ratio (Price-to-Earnings Ratio), ROE (Return on Equity), dan PBV (Price to Book Value) Ratio.

Berikut ini kita coba utak-atik ketiga rumus rasio keuangan tersebut secara matematis.

Valuasi PE Ratio bisa jadi adalah salah satu metode valuasi yang terpopuler di kalangan investor saham. Seperti kita tahu, PE Ratio (atau sering disingkat menjadi PER) adalah perbandingan harga saham terhadap laba bersihnya atau kita tuliskan :

PE Ratio = Price/Earnings

Selanjutnya PBV, salah satu ratio yang sering dipakai sebagai metode valuasi saham terutama di kalangan value investor. Wajar saja, karena memang Net-Net Investing adalah cikal bakal value investing. Kita tahu bahwa PBV = Price/Book Value atau Price = PBV X BV.

Dan terakhir ROE. Rasio ROE paling sering dipakai untuk menentukan kualitas emiten dalam mencetak laba. ROE biasanya dipakai untuk menjawab pertanyaan, “Emang boleh seberkualitas ini?” 😎 Makin besar ROE, semakin berkualitas emiten tersebut. Untuk yang kepo, bisa baca lebih lanjut ROE vs ROIC. Kita tahu ROE = Earnings/BV maka Earnings = ROE X BV.

Maka dari ketiga persamaan di atas, kita bisa tuliskan ulang rumus PER menjadi PE Ratio = (PBV X BV) : (ROE X BV) atau
PER = PBV/ROE.

Korelasi PE Ratio, PBV, dan ROE

Pada dasarnya jika valuasi saham/aset adalah setara PBV = 1, maka ROE setara dengan Earning Yield. Seperti bisa kita lihat dari tabel di bawah ini, korelasi antara ROE dan PER adalah ROE = Earning Yield, di mana Earning Yield = 1/PER.

ROEPBVPER
10%110
20%15
30%13.33
40%12.5
Tabel 1. Korelasi PE Ratio, PBV, dan ROE

Tapi sekali lagi, ini hanya berlaku jika kita bisa membeli aset/saham dengan PBV 1. Sayangnya, biasanya semakin tinggi ROE aset maka semakin tinggi pula PBV, sehingga PER semakin tinggi juga.

ROEPBVPER
5%120
4%125
3%133.3
2%150
Tabel 2. Korelasi PE Ratio, PBV, dan ROE

Seandainya kita hanya mau membeli suatu aset yang menghasilkan minimal Earning Yield 10% atau PER 10x, maka besaran PBV harus kita sesuaikan menjadi PBV = PER X ROE atau PBV = 10 X ROE. Perhatikan tabel berikut ini.

ROEPBVPER
6%0.610
5%0.510
4%0.410
3%0.310
Tabel 3. PBV Agar Earning Yield = 10%

Suka artikel ini? Masukkan email untuk mendapatkan artikel terbaru via email. NO SPAM.


Earning Yield dan Bond Yield

Jadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah yield return atau ROE dari saham tersebut.

Misalkan bond A dengan kupon 5% dan par value 100, jika suku bunga turun menjadi 4% maka harga bond A akan naik di atas par valuenya.

Karena yield dari bond A 5% lebih tinggi dari interest rate bond saat ini. Lebih jauh tentang ini bisa baca Bond Yield dan Earning Yield.

Sama halnya dengan saham semakin tinggi yield maka semakin tinggi juga harganya (PBV).

Katakan misalnya, emiten A dengan ROE 10% oleh pasar valuasinya adalah PBV 1. Lalu emiten B dengan ROE 20% apakah harga wajar emiten tersebut di PBV 2X? Atau PER 10X?

Tentu tidak sesederhana hitungan di atas, karena semakin besar ROE maka efek compounding-nya semakin besar juga.

Compounding Effect CAGR

Sebagai contoh, uang 1 juta rupiah jika kita investasikan dengan imbal hasil CAGR (Compounding Annual Growth Rate) 10% selama 10 tahun menjadi 2.593.742.

Uang yang sama jika returnnya adalah CAGR 20 % selama 10 tahun menjadi 6.191.736. Dengan CAGR 30% selama 10 tahun 13.785.849.

Bisa kita lihat kenaikan CAGR dari 10% ke 20% hasil compoundingnya dari 2,6 juta menjadi 6,2 juta atau naik 1,4 kali.

Kemudian, jika kita bandingkan CAGR 10% ke 30% hasilnya 2,6 juta menjadi 13,7 juta atau naik 4,2 kali lipat.

Hal ini terjadi, karena kenaikannya adalah eksponensial. Karena compounding effect inilah maka wajar jika semakin tinggi ROE suatu perusahaan semakin tinggi pula harga sahamnya (PBV).

Sebagai contoh tambahan agar lebih jelas :

Dana 1 juta jika kita investasikan dengan return CAGR 10% selama 10 tahun, hasilnya adalah 2,6 bagger.
Dengan CAGR 20% menjadi 6,2 bagger.
CAGR 30% menjadi 13,7 bagger.


Membaca efek compounding di atas, saya jadi teringat kutipan dari Charlie Munger (RIP).

“Over the long term, it’s hard for a stock to earn a much better return than the business which underlies it earns. If the business earns 6% on capital over 40 years and you hold it for that 40 years, you’re not going to make much different than a 6% return — even if you originally buy it at a huge discount. Conversely, if a business earns 18% on capital over 20 or 30 years, even if you pay an expensive looking price, you’ll end up with a fine result.”

Charlie Munger

Demikian pembahasan mengenai korelasi PE Ratio, PBV, ROE, dan Earning Yield. Silakan kirimkan komen atau saran. Selamat berinvestasi, dude! 😎

2 komentar untuk “Korelasi PE Ratio, PBV, ROE, dan Earning Yield”

Ada komen, dude?

Scroll to Top