Pagi ini saya membaca berita bahwa PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) berencana melakukan aksi korporasi buyback 1.5T. Good call or blunder, dude?
Screenshot di atas saya ambil dari Laporan Informasi atau Fakta Material Keterbukaan Informasi Kepada Pemegang Saham Sehubungan Dengan Rencana Pembelian Kembali Saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk [MTEL ] di situs idx.co.id.
Seperti bisa anda lihat, MTEL berencana melakukan aksi korporasi buyback (pembelian kembali) saham perusahaan sebanyak-banyaknya Rp 1.5T atau 7.88% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh.
Berikut ini alasan manajemen mengusulkan aksi pembelian kembali saham MTEL.
Terus terang saja, sesaat setelah membaca kabar tersebut, yang langsung terpikir oleh saya adalah PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).
Kenapa begitu, dude?
Kesamaan Aksi Buyback MTEL dan WSBP
Ada beberapa kemiripan aksi korporasi pembelian kembali saham MTEL dan WSBP.
Kesamaan Pertama
Pertama, MTEL baru saja IPO pada tanggal 22 November 2021 yang lalu dan sekarang mau buyback. Mirip dengan WSBP saat itu, WSBP IPO pada tanggal 20 September 2016, lalu melakukan pembelian kembali saham mulai sekitar Juli 2017.
Kesamaan Kedua
Kedua, harga sahamnya belum turun terlalu tajam hingga harus melakukan pembelian kembali saham. MTEL IPO di harga 800/lembar dan saat saya menulis artikel ini harga MTEL adalah 700/lembar atau turun hanya sekitar 12.5%. Sementara WSBP IPO di harga 490 dan mulai melakukan buyback saat harga saham di pasar sekitar 482/lembar atau turun hanya sekitar 1.6%. Lucu sekali, bukan?
Lebih lucu lagi, jika anda lihat data di atas, harga saham WSBP setelah melakukan aksi pembelian kembali semakin turun hingga 408 pada akhir akhir 2017 dan terus turun hingga saat ini. Lebih jelasnya bisa anda lihat di grafik harga WSBP di bawah ini.
Kesamaan Ketiga
Ketiga, bukankah mereka IPO karena butuh modal tambahan untuk menjalankan bisnis mereka? Kalau kita lihat prospektusnya, WBSP saat itu melalukan IPO untuk hal berikut ini.
WSBP IPO demi mendapatkan 5.16T untuk kebutuhan modal kerja dan pengembangan bisnis. Selain itu, jika anda lihat Laporan Keuangannya, WSBP masih memiliki kewajiban utang yang tidak kecil. Tapi sesaat kemudian melakukan pembelian kembali saham sekitar 1T, di harga yang tidak jauh berbeda dari harga IPO. Aneh sekali!
Sedangkan MTEL melakukan IPO untuk hal berikut ini.
Suka artikel ini? Masukkan email untuk mendapatkan artikel terbaru via email. NO SPAM.
Valuasi MTEL Tidak Murah
Selain beberapa alasan di atas, ada satu lagi alasan mengapa menurut saya usulan pembelian kembali MTEL saat ini adalah blunder. Alasannya, valuasi saham MTEL saat ini tidak bisa dibilang murah. Simak tabel berikut ini.
Emiten | P/E Ratio | Dividend Yield |
MTEL | 37.44x | 1.64% |
TBIG | 27.32x | 1.70% |
TOWR | 14.48x | 2.43% |
Jika kita bandingkan valuasi P/E Ratio MTEL dengan perusahaan sejenis seperti TOWR dan TBIG, valuasi MTEL justru saat ini termahal. P/E Ratio MTEL, TBIG, dan TOWR saat ini adalah 37.44x, 27.32x, dan 14.48x. Demikian juga dengan rasio dividen, justru MTEL yang memberikan dividend yield terendah. Jadi untuk apa ngotot buyback sekarang?
Aksi Buyback dan Capital Allocation
Aksi korporasi buyback bisa jadi strategi capital allocation yang sangat bermanfaat baik bagi perusahaan mau pun pemegang saham. Namun, jika ceroboh, justru bisa jadi bumerang. Usul buyback MTEL 1.5T saat ini menurut saya hanya akan merugikan perusahaan dan pemegang saham.
Dana 1.5T tidak kecil. Jika satu menara harganya sekitar 1.5-2M, maka 1.5T bisa untuk mendirikan atau akuisisi 750-1000 menara. Menambah menara akan jauh lebih baik ketimbang melakukan pembelian kembali saham, terlebih saat harga sahamnya tidak murah. Tambahan menara akan menambah pendapatan, yang kemudian menambah laba emiten. Laba yang meningkat tentunya pada akhirnya menguntungkan stakeholders. Termasuk harga sahamnya juga akan meningkat seiring kinerja yang meningkat.
Seperti bisa kita lihat di keterbukaan informasi, proforma pasca buyback nyaris tidak ada gunanya. Proforma RoA dan RoE sama saja. Yang jelas kerasa nendang adalah kas emiten akan turun 1.5T – seperti telah saya tuliskan sebelumnya di artikel Aksi Korporasi – yang berubah pasca buyback adalah aset, kas, dan ekuitas berkurang.
MTEL seharusnya fokus meningkatkan kinerjanya. Baik dengan menambah menara, meningkatkan efisiensi misalnya menaikkan tenancy ratio yang saat ini terkecil jika dibandingkan dengan TOWR dan TBIG.
Aksi buyback seharusnya hanya dilakukan jika memang harga sahamnya undervalued dan perusahaan memiliki kas yang cukup. JIka buyback di harga mahal, apa gunanya? Karena logikanya cepat atau lambat harga saham akan menuju harga wajar.
Apalagi jika menggunakan utang berbunga. Mengingat sekarang ini adalah era suku bunga tinggi, tentunya hanya akan menambah beban bunga yang pada akhirnya menggerus laba dan merugikan pemegang saham.
Menurut anda gimana, bagus atau tidak usulan buyback 1.5T MTEL? Good Call or Blunder? Komen dude.
Menggunakan hutang untuk membeli diri sendiri apakah itu tidak terlihat aneh ya ?
Faktanya ini tidak jarang dilakukan bbrp manajemen, walau dalam kasus khusus bisa dibenarkan. Misalnya waktu kemaren era suku bunga rendah, langkah ini jadi langkah yg tepat yg dipake bbrp emiten.