Selama ini, banyak investor saham terutama pemula yang salah kaprah. Berpikir bahwa Indeks LQ45 adalah kumpulan saham bluechips dan fundamental baik. Apa benar begitu? Mari kita simak, dude.
Mengenal Indeks LQ45
Apa sih LQ45? Kriteria apa yang menentukan suatu saham masuk ke dalam indeks LQ45? Untuk menjawab ini, kita bisa lihat metodologinya.
Seperti dapat anda lihat, seleksi paling awal adalah likuiditas, memilih emiten dengan rata-rata nilai transaksi tertinggi selama 12 bulan terakhir*. Itu sebabnya nama indeksnya LQ45 yang artinya 45 saham paling LiQuid. Persyaratan lainnya, emiten setidaknya sudah listing di IDX minimal 3 bulan. Terkait fundamental emiten, ternyata baru ada di nomor bontot, jadi pilihannya pun sudah terbatas. Jadi jelas, penekanannya adalah saham-saham yang paling ramai transaksinya.
*Catatan, screenshoot di atas adalah file lama, saat ini dasar pemilihan LQ45 menggunakan IDX80 (jadi dasarnya 80 emiten, bukan 60 seperti SS di atas). Lebih jauh tentang ini saya jelaskan di bawah.
Return Indeks LQ45 vs IHSG
Bagaimana Return Index LQ45 vs IHSG? Coba lihat grafik berikut ini, saya ambil dari Google.
Dalam 5 tahun terakhir, ternyata return investasi Index LQ45 adalah 4.72%, jauh lebih rendah jika kita bandingkan dengan return IHSG sebesar 21.65%.
Jika kita ingat-ingat, memang betul, beberapa konstituen LQ45 bermasalah. Sebut saja mantannya seperti BUMI, MYRX, TRAM, dan SRIL. Karena memang pertimbangan utamanya bukan saham fundamental baik atau bluechip melainkan saham likuid yang ramai transaksinya. Tidak ada jaminan perusahaan tersebut bagus, sehat, dan prospek cerah.
Index Saham Indonesia Selain Indeks LQ45
Selain LQ45, sebetulnya ada beberapa indeks saham lainnya di IHSG. Tiap index memiliki metodologi yang berbeda. Anda bisa cek seluruh indeks yang ada di situs idx.co.id : Fact Sheet Indeks.
Sampai saat ini, secara total ada 40 indeks saham di BEI. Ada indeks dengan faktor penentu utama likuiditas seperti Indeks LQ45 dan IDX80, fundamental yang baik seperti IDX30, IDX Quality30, IDX Value30, dan IDX Growth30. Saham dengan dividen yield tinggi seperti IDX High Dividend, saham ESG (IDX ESG Leaders), BUMN (IDX BUMN20), dan saham syariah seperti Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index 70 (JII70).
Ada juga indeks sektoral seperti sektor bank (infobank15), infrastruktur (SMinfra18 ), energi (IDXENERGY), barang baku (IDXBASIC), konsumen (IDXNONCYC dan DXCYCLIC) , kesehatan (IDXHEALTH), sektor properti (IDXPROPERT) , teknologi (IDXTECHNO), dan lain-lain.
Indeks Saham Dengan Kriteria Fundamental Baik
Jika yang anda cari adalah saham bluechips atau saham dengan fundamental yang baik, LQ45 kurang tepat. Lebih tepat jika anda melihat misalnya IDX Quality30, IDX Value30, IDX Growth30, atau IDX High Dividend. Sebagai contoh, mari kita lihat IDX Quality30.
IDX Quality30
Berikut ini kriteria pemilihan konstituen IDX Quality30.
Ada tiga kriteria penentu :
- Ratio Profitabilitas : Return-on-Equity (ROE)
- Solvency Ratio : Debt-to-Equity (DER)
- Earning Variability : Volatility of Earning per Share (EPS) growth.
Kelihatannya kriterianya bagus sekali, ya? Ada ROE (baca juga : Mengenal ROIC (Return on Invested Capital) ), DER, dan EPS growth.
Tapi kalo kita cermati, ada PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) di Top 10 Constituents. Padahal kita tahu, BUKA saat ini masih merugi – bahkan sampai rugi triliunan – tapi kenapa lolos? Lihat gambar berikut.
BUKA mencetak laba 8.6T per 1H22, luar biasa! Karena ini lolos kriteria IDX Quality30?
Tapi kalau kita lihat lagi, laba BUKA berasal dari kenaikan nilai investasi, yaitu karena BUKA memiliki saham BBHI. Jika 9.8T ini kita keluarkan, maka sebenarnya BUKA masih menderita kerugian, malah makin rugi YoY.
Walau pengakuan ini benar karena sesuai aturan PSAK, namun tentu saja anda sebaiknya berpikir ulang dan mempertimbangkan kembali fakta bahwa core business BUKA masih merugi dan kenaikan BBHI tidak akan terjadi terus menerus, bahkan ada potensi turun sehingga menjadi rugi untuk BUKA periode berikutnya.
Pesannya adalah sama seperti ketika menggunakan screener saham, kita tetap harus melakukan check and recheck. Lakukan riset lanjutan untuk memastikan apa benar emiten tersebut bagus atau tidak (Baca : Investasi Saham Untuk Pemula : Langkah Awal).
Kekurangan Indeks IDX
Jika kita pelajari metodologi indeks IDX, ada satu kelemahannya. Dasar pemilihan awalnya tidak jarang adalah likuiditas. Coba kita lihat gambar berikut ini.
Seperti anda bisa lihat, penyaring pertama adalah “transaction value” atau nilai transaksinya. Hal ini berarti, saham non-likuid otomatis tidak lolos saringan.
Universe IDX80 adalah 150 saham dengan nilai transaksi tertinggi dan lima indeks lainnya (LQ45, IDX30, IDXQ30, IDXC30, dan IDXG30) adalah turunan dari IDX80 (menggunakan konstituen IDX80 sebagai universe).
Jadi jika anda hanya melihat saham-saham yang masuk ke dalam indeks, anda berpotensi kehilangan kesempatan meraih cuan dari ratusan emiten lainnya yang otomatis gugur karena tidak likuid (bukan karena fundamental buruk).
Perbandingan Return Beberapa Indeks
Berikut ini perbandingan return beberapa indeks saham selama lima tahun terakhir.
Dalam lima tahun terakhir, ternyata IHSG masih lebih baik dari beberapa indeks lainnya. Hanya IDX Quality30 yang mengalahkan return IHSG.
Investasi Passive ETF dengan Underlying Indeks IDX
Selain untuk kebutuhan screening saham, bisa juga berinvestasi langsung menggunakan indeks atau menjadi investor pasif. Jika anda memutuskan menjadi investor pasif, anda bisa cari ETF Indeks yang bersifat pasif. ETF pasif artinya Fund Manager tidak secara aktif memilih satu per satu emitennya, melainkan hanya akan mengekor indeks yang sudah ada. Keuntungan ETF Indeks adalah karena pasif biasanya biaya untuk FM relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan yang aktif, sehingga tidak menggerus return investornya.
Saat ini ada 50 ETF yang listing di IDX.
Sebagai contoh, jika anda ingin berinvestasi di IDX Growth30, anda bisa membeli Reksa Dana Indeks BNP Paribas IDX Growth30 ETF (XBIG). Contoh lain Reksadana Indeks Premier ETF IDX HIGH DIVIDEN 20 (XIHD) jika anda memutuskan berinvestasi di IDX High Dividend.
Kesimpulan
Banyak investor saham pemula salah kaprah, berpikir Index LQ45 adalah kumpulan saham bluechips yang berfundamental baik. Padahal faktor penentu utama pemilihan konstituen LQ45 adalah likuiditas tertinggi yaitu saham-saham yang paling ramai transaksinya.
Saat ini ada 40 indeks dengan metodologi dan kriteria yang berbeda. Mulai dari likuiditas, saham berfundamental baik seperti ROE tinggi, DER rendah, atau EPS growth. Ada juga saham syariah, saham BUMN, sektoral, dan lain-lain. Anda bisa menggunakan indeks ini baik untuk screening saham atau bisa menjadi passive investor dengan underlying indeks tertentu dengan menggunakan ETF pasif.
Pastikan anda telah membaca metodologi masing-masing indeks agar tidak lagi keliru dan jangan lupa kroscek emitennya untuk memastikan apakah benar emiten tersebut layak investasi.