Peter Lynch saat masih menjadi Fund Manager Magellan Fund berhasil mencetak return investasi 29% CAGR (Compound Annual Growth Rate) selama 13 tahun (1977-1990). Prestasi yang sangat luar biasa. Itu berarti, return investasi Peter Lynch sekitar dua kali lipat return S&P 500 periode yang sama.
Tragisnya, investor Magellan Fund hanya mendapatkan return investasi 7% secara rata-rata. Malah merujuk ke sumber lain, tidak sedikit yang mengalami kerugian. Kok bisa?
Kenapa Return Investasi Investor Ritel Buruk?
Screenshot di atas dari buku “Heads I Win, Tails I Win: Why Smart Investors Fail and How to Tilt the Odds in Your Favor.”
Di buku tersebut disebut, Peter Lynch menghitung bahwa rata-rata return investor Magellan Fund yang dikelolanya hanya sekitar 7%, jauh di bawah return Fund sebesar 29%. Tentu saja hal ini mengejutkan, kenapa bisa seperti itu?
Suka artikel ini? Masukkan email untuk mendapatkan artikel terbaru via email. NO SPAM.
Alasan Kinerja Investor Ritel Underperform
Ternyata alasannya adalah saat kinerja Peter Lynch turun (mengalami setback), nasabah rame-rame tarik dana dari Fund. Dan ketika sudah kembali naik (on track), dana mulai kembali masuk ke dalam Fund.
“Tarik dana waktu merah” dan “missed the recovery” yang menyebabkan return investasi tidak maksimal. Ketika harga saham turun, kebanyakan investor akan panik dan rela menjual di harga rendah. Ketika saham naik, serakah dan FOMO (Fear Of Missing Out), takut ketinggalan kereta.
Faktanya, perilaku seperti ini tidak mendatangkan keuntungan, sebaliknya malah membuat kinerja underperform.
Kasus CGM Focus Fund
Kasus yang sama terjadi di CGM Focus Fund yang mencetak return 18.2% annually tapi investornya justru rata-rata boncos 11% annually. Alasannya sama, tarik dana waktu merah karena panik dan masuk saat harga puncak karena FOMO dan serakah.
“A huge amount of money came in right when the performance of the fund was at a peak,” says Mr. Heebner, the fund’s manager since its 1997 launch. “I don’t know what to say about that. We don’t have any control over what investors do.”
Sumber
Kesimpulan
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari sini? Dalam investasi saham, psikologi berperan cukup besar. Meski mudah sekali mengucapkan “Buy Low, Sell High”, ternyata sulit sekali menerapkannya. Yang lebih sering terjadi – sadar atau tidak sadar – yang kita lakukan adalah “Buy High, Sell Low”.
Jadi pak larry pas ihsg turun 5% harusnya beli
Kalau besoknya turun lagi 7% beli lagi
Begitukah?
Kalo dijabarin sebetulnya agak panjang. Ada beberapa yg bisa dilakukan, misalnya sebelum beli pastikan dulu “Ini udah murah atau blm?”, “Gw beli saham ini krn FOMO tanpa liat valuasi atau udah riset duluan?”. Jadi sebelum beli, sebaiknya udah riset dan tau dulu valuasi harga saham.
Sebelum jual saham, tanya dulu ke diri sendiri, “Ini gw jual alasannya logis gak? Atau hanya panik tanpa alasan?” Bisa dibaca di sini soal kapan beli saham dan kapan jual saham.
intinya BUY HIGH SELL LOW DUDE…wkwkwkw