Tulisan tentang saham bluechips ini sebelumnya telah dipublikasikan di Jim Bear Club beberapa tahun silam, tepatnya pertengahan tahun 2018. Saya terpikir untuk repost, karena momennya cocok. Sejak jatuhnya IHSG bulan Maret 2020 yang lalu, saham-saham bluechips sudah naik cukup tinggi per hari ini.
Lah udah naik baru ngomong, dude? Telat!
Bukan begitu, dude… ini sekedar reminder saja. Barangkali berguna untuk beberapa orang. Dan ingat, dalam dunia investasi saham, sejarah sering kali berulang. Konsep dan prinsip value investing tidak jarang sifatnya timeless investing principles. Jadi saya pikir bisa berguna di masa depan.
Buat investor pemula yang baru masuk ke dunia saham, sebaiknya fokus di saham Bluechips.
Kenapa Saham Bluechips?
Beberapa alasan utama investor pemula sebaiknya fokus di saham-saham Bluechips :
- Produk/jasanya biasanya ada di mana-mana sehingga lebih mudah untuk kita kenal bisnisnya.
- Biasanya market leader, sehingga pertumbuhannya (dan perlambatannya) seringkali sejalan industrinya.
- Biasanya sudah teruji lewati berbagai badai, sehingga kemungkinan bisnisnya bertahan lama (bukan jaminan, karena tidak ada yang abadi).
- Infonya biasanya relatif lebih lengkap baik yang resmi (Annual Reports, Laporan Keuangan, Public Expose, dan keterbukaan informasi emiten) maupun tidak resmi (media dan analis banyak yang cover).
Alasan keempat ini sekaligus downside-nya, karena berarti marketnya relatif lebih efisien. Sebaliknya, hal ini “keunggulan” (sekaligus downside untuk kebanyakan orang) saham non likuid/microcaps yaitu infonya sulit untuk kita ketahui, sehingga market cenderung tidak efisien. Tapi kita tidak perlu membahas non-likuid/microcaps untuk saat ini, fokus ke saham bluechips.
Suka artikel ini? Masukkan email untuk mendapatkan artikel terbaru via email. NO SPAM.
Efficient Market Hypothesis dan Saham Bluechips
Jika kita bicara efisiensi pasar atau Efficient Market Hypothesis (EMH), ini biasanya terjadi di saham-saham bigcaps/bluechips. Karena datanya biasanya lengkap, analis yang cover juga banyak, peminat banyak, maka harga yang terbentuk biasanya lebih sering mencerminkan nilai wajarnya.
Tapi tidak ada yang salah dengan market yang efisien. Toh, jika kinerja emitennya baik, tetap akan menghasilkan return untuk pemilik sahamnya. Menurut Malkiel di bukunya A Random Walk Down Wall Street, investasi adalah membeli suatu aset (misalnya saham, obligasi, properti) untuk mendapatkan keuntungan yang berasal dari :
- Pendapatan di masa depan yang dapat diprediksi secara wajar, misalnya dari dividen, bunga deposito, kupon obligasi, pendapatan sewa dari properti, dan lain-lain.
- Kenaikan nilai wajar dalam jangka panjang (misalnya capital gain dan kenaikan harga properti).
Jika tujuannya adalah investasi, arahnya sudah tepat, mencari saham yang potensi kinerjanya bertahun-tahun ke depan masih prospektif.
Yang tidak kalah penting, dengan mulai dari Saham Bluechips – yang biasanya info dan datanya mudah anda dapatkan – anda bisa lebih mudah belajar tentang berbagai model bisnis, mengapa mereka bisa bertahan dan menjadi market leader, belajar riset emiten, dan analisa Laporan Keuangan.
Seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya Investasi Saham Untuk Pemula, hal terpenting sebelum investasi saham adalah mengenal prospek bisnis emiten, kendala yang dihadapi, resiko terbesarnya, dan keunggulannya. Ini dapat anda pelajari dengan mulai investasi pada saham bluechips.
Penggerak IHSG Adalah Saham Bluechips
Alasan lain, faktor penggerak IHSG hanya sekitar 20 saham Bigcaps. Artinya, return rata-rata Bluechips setara dengan return IHSG. Return IHSG :
IHSG 2008 sekitar 1146 vs saat ini 5474 maka selama 12 tahun terakhir IHSG sudah naik sekitar 378% atau 13.92% CAGR (Compound Annual Growth Rate). Namun jika dihitung sejak 1997 IHSG sekitar 724 dan sekarang 2020 IHSG 5474 berarti selama 23 tahun terakhir IHSG naik 656% atau sekitar 9.19% CAGR. Perhitungan return investasi tersebut hanya dari capital gain, belum termasuk laba dari dividen.
Tapi kita harus ingat juga, saat ini dunia sedang mengalami pandemi covid-19. Efeknya luar biasa, berdampak pada banyak bidang termasuk ekonomi dan pasar modal. Rata-rata return yang kita hitung adalah saat IHSG sedang terpuruk. Rata-rata return tergantung kita menghitung inverval periodenya. Contohnya, pada tahun 2016 saat pasar IHSG bullish :
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengatakan dalam 10 tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Eefek indonesia (BEI) sudah bertumbuh 317%. Pertumbuhan rata-rata per tahun (Compound Annual Growth Rate/CAGR) sekitar 15%, tanpa dividen. Jika dengan dividen, CAGR pertumbuhan IHSG sekitar 22%.
Beritasatu.com Tanggal 4 Mei 2016 – BEI Beri Return Terbesar di Dunia
Tapi untuk jangka panjang, secara rata-rata, return IHSG biasanya sekitar 15% per tahun (belum termasuk return dividen).
Karena alasan ini, maka sangat logis terutama bagi pemula yang berminat jadi investor aktif, mulai dari bluechips. Seharusnya anda juga masih mendapatkan return yang cukup.
Kesimpulan
Penggerak IHSG adalah saham-saham big caps. Big Caps biasanya adalah Market Leader di sektornya, disebut juga Bluechips. Return IHSG secara rata-rata sekitar 15% per tahun (CAGR, Compound Annual Growth Rate atau bunga berbunga). Maka logikanya rata-rata return saham Bluechips setara return IHSG.
Selain itu, dengan mulai investasi saham pada saham bluechips, kita dapat belajar untuk lebih mengenal prospek bisnis emiten, kendala yang dihadapi, resiko terbesarnya, dan keunggulan emiten bluechips.
Karena itu, adalah bijak untuk mulai rencana investasi di saham-saham Bluechips dengan harapan mendapatkan return setara IHSG. Buat gambaran, return 15%/tahun compounding sama dengan menggandakan modal 2 kali lipat setiap 5 tahun. 10 juta menjadi 20 juta dalam 5 tahun, 20 juta jadi 40 juta 5 tahun berikutnya, dan seterusnya.
Gitu, dude. Setuju atau gak setuju? Kasih tau kenapa di kolom komentar, dude.