Beranda » Psikologi Saham » Google Effect : Internet Bikin Anda Investor Yang Lebih Buruk
the google effect

Google Effect : Internet Bikin Anda Investor Yang Lebih Buruk

Menurut hasil riset, internet telah membantu banyak orang menjadi investor yang lebih buruk. Penyebabnya adalah “Google Effect” dan “Confidence Without Competence”.

Tingkat literasi keuangan masyarakat pada umumnya sangat rendah selama ini. Namun literasi keuangan kolektif kita tampaknya menghadapi ancaman baru dan modern: internet.

Internet : Mudahnya Merasa Pintar

Internet menawarkan akses yang belum pernah terjadi sebelumnya ke pengetahuan eksternal. Informasi apa pun dan topik apa pun, bisa secara instan kita dapat hanya dengan klik pada mouse, ketukan jari di smartphone, atau bahkan dengan perintah verbal via Google voice.

Kemudahan ini tentu saja telah membantu kita dalam banyak hal, membantu lebih produktif, meningkatkan taraf kehidupan, berkomunikasi lebih baik, arus informasi yang lebih cepat, dan sebagai hiburan. Namun, ternyata internet juga membawa ancaman, salah satunya Google Effect.

Apa Itu Google Effect?

Google Effect
Google Effect

Menurut DecisionLab, Google Effect, atau amnesia digital, adalah kecenderungan untuk melupakan informasi yang tersedia melalui mesin pencari seperti Google. Karena mudahnya mendapatkan informasi, kita tidak menyimpan informasi ini ke dalam ingatan kita karena kita tahu bahwa andai kita butuh, kita tinggal “Google It!” dan informasi tersebut langsung tersedia.

Kita juga sekarang tidak butuh menghapal nomor telepon atau alamat email misalnya. Kita sering lupa sesuatu tapi kita tidak sadar, karena sudah terbiasa dan secara instan terbantu oleh Google.

Hal ini menjadi ancaman, terutama karena kita tidak sadar. Kita meyakini informasi tersebut berasal dari otak kita sendiri, bahwa kita yang pintar dan resourceful, padahal tidak sama sekali. Semua itu adalah pengetahuan/informasi yang tidak pernah ada di otak kita – ini disebut “pengetahuan eksternal” (external knowledge).

Singkatnya, Google Effect adalah kaburnya batas antara pengetahuan internal dan eksternal yang menyebabkan orang-orang berpikir bahwa mereka tahu lebih banyak daripada yang sebenarnya.

Riset : Confidence Without Competence

Saya baru saja membaca studi SSRN berjudul “Confidence without Competence: Online Financial Search and Consumer Financial Decision-Making” oleh Adrian Ward, Tito Grillo, dan Philip Fernbach. Jika kita terjemahkan, judul paper tersebut kira-kira : Keyakinan Tanpa Kompetensi: Pencarian Keuangan Daring dan Pengambilan Keputusan Keuangan Konsumen.

Berikut abstaknya.

Abstract : Confidence without Competence
Abstract : Confidence without Competence

Menurut penelitian tersebut, internet membuat investor berpikir bahwa mereka tahu lebih banyak daripada yang sebenarnya mereka ketahui. Internet telah menyebabkan fenomena “confidence without competence.” Rasa percaya diri yang berlebihan (overconfidence) akibat Google Effect tanpa disertai kompetensi yang pada gilirannya menyebabkan return portofolio mereka kurang baik.

Seperti bisa anda lihat di Figure 1 di bawah ini. Sejak 1998 – awal adanya internet – semakin banyak orang yang mengandalkan internet sebagai sumber informasi. Bahkan sejak 2010-an, internet telah menjadi sumber utama pencarian informasi keuangan bagi para konsumer.

Internet menjadi sumber utama informasi keuangan
Internet menjadi sumber utama informasi keuangan

Studi ini mencapai kesimpulan yang provokatif dalam beberapa langkah.

Pertama, para peneliti menunjukkan bahwa menggunakan internet untuk menjawab pertanyaan membuat orang mengaitkan diri mereka sendiri dengan pengetahuan yang mereka peroleh dari internet. Itu karena, setelah menggunakan internet untuk mencari informasi, orang kemudian akan lupa bahwa mereka telah melakukannya. Fenomena ini yang sebelumnya telah kita singgung, yaitu Google Effect atau Efek Google.

Para peneliti selanjutnya menunjukkan bahwa Efek Google membuat investor menjadi terlalu percaya diri (overconfidence). Mereka mendemonstrasikan hal ini dengan membagi sampel investor menjadi dua kelompok yang identik, kelompok pertama memiliki akses internet saat mengikuti tes pengetahuan investasi sedangkan kelompok kedua tidak memiliki akses internet.

Peneliti kemudian memberikan tantangan investasi yang sama kepada setiap kelompok. Setelah investor membangun portofolio mereka, mereka ditanya berapa banyak uang yang akan mereka pertaruhkan untuk kinerja portofolio mereka selanjutnya.

Hasil Riset

Hasilnya, kelompok yang memiliki akses ke internet mendapat skor lebih tinggi pada ujian mereka daripada mereka yang tidak mendapatkan akses. Wajar saja skor ujian mereka memang lebih tinggi, karena mereka mendapatkan informasi dari internet.

Kelompok dengan skor lebih tinggi ini juga bertaruh lebih banyak pada kinerja pilihan investasi mereka. Hal ini menunjukkan kepercayaan yang lebih besar pada kemampuan investasi mereka. Seperti bisa anda lihat di grafik di bawah ini.

Financial Search vs Confidence
Financial Search vs Confidence

Tidak hanya secara nominal lebih banyak, tetapi mereka juga berani masuk ke aset yang lebih berisiko. Lihat gambar di bawah.

Internet vs Financial Risk
Penggunaan Internet sebagai sumber informasi meningkatkan toleransi untuk mengambil risiko lebih tinggi.

Kemudian, riset tersebut juga mencoba melihat bagaimana return investasi dari kedua kelompok. Berikut hasilnya.

Online Financial Search vs Performance
Online Financial Search vs Performance

Ternyata hasilnya, terlalu percaya diri pada kelompok yang mengandalkan internet salah tempat. Peneliti menemukan, investor dalam kelompok ini memperoleh rata-rata pengembalian (return) investasi yang jauh lebih rendah daripada mereka yang ada di kelompok lain.

Judul paper tersebut terinspirasi dari fenomena yang diamati para peneliti : kepercayaan diri tanpa kompetensi (confidence without competence).

Lebih jauh, menurut peneliti, alasan return investasi yang lebih rendah dari kelompok tersebut tampaknya adalah akibat keberanian mereka yang lebih besar untuk menanggung risiko.


Suka artikel ini? Masukkan email untuk mendapatkan artikel terbaru via email. NO SPAM.


Cara Mengatasi Google Effect

Jika kita melakukan introspeksi diri, bener banget ini, dude. Ketika kita membaca sesuatu yang ada di internet, sadar tidak sadar kita merasa kita sendiri yang mampu berpikir seperti itu. Kita baca hasil riset emiten A orang lain, kita berpikir kita yang melakukan riset dan nemu cakepnya emiten itu. Kita pikir kita yang nemu segala kehebatan emiten tersebut, kita yang sudah baca AR, LK, hitung ratio, dan lain-lain, padahal tinggal baca.

Itu pun sekedar baca, bukan paham. Itu semua pengetahuan eksternal, artinya kita mudah lupa. Andai kita gak baca riset tersebut, kemungkinan besar kita ga tau apa bagusnya emiten A.

Dengan modal nonton YouTube tentang moat saham X, seseorang tanpa sadar merasa dia sendiri yang sudah riset, punya pengetahuan tersebut. Padahal baca langsung Annual Report tentang X aja belum pernah.

Atau yang lebih parah, mereka yang modal dapet SP tanpa tau detil apa yang mereka beli, tapi fanatiknya luar biasa. Tak jarang sampai senggol bacok kelakuannya. 🙈 Dan masih banyak contoh lainnya.

Lalu bagaimana cara mengatasinya?

Memang sulit, apalagi di era saat ini yang semuanya serba internet. Menghindari 100% juga bukan solusi yang tepat, karena tidak dapat kita sangkal, banyak sekali informasi yang baik dari Google. Setidaknya sekarang kita tahu efek negatif dari Google Effect. Dan satu lagi, yang dimaksud di sini tidak terbatas pada Google, namun semua informasi instan. Misalnya TikTok, YouTube, dan lain-lain.

Secara singkat, cara termudah untuk menghindari Efek Google adalah dengan berusaha mencari sumber lain untuk mengumpulkan informasi. Biasanya membutuhkan lebih banyak usaha dan waktu. Kita bisa mencoba cari informasi dari membaca buku, atau dari Annual Reports, Laporan Keuangan, Public Expose, tanya Investor Relations, atau site visits jika ada kesempatan. Kita juga bisa mencoba membuat catatan tulisan tangan atau meluangkan waktu beberapa saat untuk mengaktifkan otak kita, misalnya mencoba mengingat sebelum “Ask Google”.

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak orang sering salah menghubungkan hasil pencarian online (pengetahuan eksternal) dengan hasil pencarian mereka sendiri yang berasal dari memorinya (pengetahuan internal) dan percaya bahwa mereka sudah tahu apa yang sebenarnya baru saja mereka temukan. Google Effect.

Hal ini penting untuk kita pahami baik sebagai investor mau pun dalam banyak bidang lain. Google Effect menyebabkan peningkatan kepercayaan diri, sayangnya hal tersebut tidak dibarengi peningkatan kompetensi keuangan. Akibat terlalu PD, keberanian mengambil risiko meningkat dan menurut riset, rata-rata return investasinya justru lebih rendah.


Demikian dude, hati-hati dengan Google Effect dan overconfidence tanpa disertai peningkatan kompetensi.

Ada komen, dude?

Scroll to Top